Perahu Sandeq, Perahu Tercepat Asal Suku Mandar

Suku Mandar adalah satu-satunya suku bahari di Nusantara yang secara geografis berhadapan langsung dengan laut dalam. Lautan dalam merupakan halaman rumah-rumah mereka. Begitu mereka bangun dari tidur, mereka akan disapa oleh gemuruh air laut dan dibelai oleh angin laut. Kondisi alam mengajarkan kepada masyarakat Mandar bagaimana beradaptasi untuk mempertahankan hidup dan membangun kebudayaannya.

Pada pesisir pantai Sulawesi Barat, ternyata tidak sedikit perahu sedang bersandar. Sebagian besar perahu tersebut  milik masyarakat Suku Mandar.

Image result for perahu sandeq

Namanya Sandeq. Dari dekat Perahu Sandeq terlihat ramping dan panjang, dengan warna dominan warna putih. Berbeda dengan Kapal Pinisi, perahu ini memang terbilang cukup kecil. Sekitar 9 sampai 11 meter panjangnya, dan lebarnya hanya sekitar 60 sampai 80 Cm. Cukup kecil, bukan? Dengan cadik pada tiap-tiap sisinya sebagai penyeimbang, perahu khas Sulawesi ini terlihat cantik dan anggun. Perahu Sandeq ini menyimpan cerita dan ketangguhan yang melebihi penampilannya.

Perahu Suku Mandar inipun dibuat dengan cermat. Proses pembuatan Perahu Sandeq bisa memakan waktu sekitar 2 bulan. Waktu yang relatif lama untuk membuat sebuah perahu yang berukuran ramping ini. Badan perahu dipilih dari bahan baku yang berkualitas, yaitu jenis kayu dari Pohon Kanduruang mamea yang sudah berumur. Badan perahu ini juga tanpa sambungan, satu pohon untuk satu perahu. Kemudian ditambahkan tiang layar, kemudi, dan cadik di tiap sisi yang terbuat dari bambu.

Sandeq sanggup bertahan menghadapi angin dan gelombang saat mengejar kawanan ikan tuna. Saat musim ikan terbang bertelur, nelayan menggunakan sandeq untuk memasang perangkap telur dari rangkaian daun kelapa dan rumput laut, atau berburu rempah-rempah hingga Ternate dan Tidore untuk dibawa ke bandar Makassar.

Dahulu , dilombakan saat libur melaut karena kendala cuaca, nelayan Mandar biasa mengisi waktu dengan menggelar lomba sandeq. Lomba hanya mengadu kemampuan manuver. Setiap sandeq harus memutari area yang dibatasi tiga titik. Lomba ini membutuhkan kejelian membaca angin dan menentukan teknik manuver. Di sini nelayan diuji kepiawaian sebagai passandeq.

Beberapa even perlombaan pun kerap digelar untuk membuktikan ketangguhan perahu ini (Horst H Liebner, peneliti sandeq asal Jerman, menilai, tidak ada perahu tradisional yang sekuat dan secepat sandeq yang menjadi perahu tradisional tercepat di Austronesia).

Lomba sandeq masih bisa disaksikan hingga saat ini dalam Sandeq Race, seperti digelar pertengahan Agustus lalu dengan mengambil rute Mamuju di Sulawesi Barat ke Makassar di Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 300 mil laut.

Ribuan orang tumpah ke pantai untuk menyaksikan sandeq dari desanya bertanding dalam pesta tahunan nelayan Mandar yang kini sudah menjadi agenda tahunan itu. Konon Lomba ini dimulai sejak tahun 1960-an.

Tercatat Perahu Khas Mandar ini telah mengarungi samudra-samudra sampai ke beberapa negara. Seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Australia, bahkan sampai Madagaskar, dan Amerika.

Leave a comment